You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Gudangkahuripan
Desa Gudangkahuripan

Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat

Mari Kita Wujudkan Desa Gudangkahuripan Bermandat, Beradab dan Bermartabat DESA GUDANGKAHURIPAN Saléngkah Leuwih Maju

"JAGA BUDAYA DI GERBANG PARIWISATA"

KIKI MULAWARMAN 15 Januari 2025 Dibaca 225 Kali

Ruwatan Lembur, Sebuah Upaya Pelestarian budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berpotensi besar dalam meningkatkan perekonomian dan mempromosikan kebudayaan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya destinasi wisata di Indonesia. Di Desa Gudangkahuripan sendiri terdapat 3 wisata unggulan yaitu Farmhouse, The Great Asia Afrika, dan Mini Mania. Namun, pertumbuhan pariwisata juga dapat mempengaruhi keaslian budaya lokal. Oleh karena itu, Pemerintah Desa Gudangkahuripan berkomitmen untuk menjaga dan menghidupkan budaya karena Desa Gudangkahuripan menjadi Gerbang Utama pariwisata Lembang.

Di Desa Gudangkahuripan program jaga budaya terus di gaungkan. Hal itu terbukti dengan masih banyaknya sanggar seni tradisional dan kelompok Masyarakat adat yang ada di wilayah desa Gudangkahuripan.

Salah satu contoh program jaga budaya yang dilakukan di Desa Gudangkahuripan adalah tradisi Ruwatan Lembur (upacara tradisional yang mengandung makna bagi masyarakat setempat) yang diadakan satu tahun sekali dalam rangka memperingati Hari Jadi Desa Gudangkahuripan.

Dalam pelaksanaannya, pemerintah Desa Gudangkahuripan bekerjasama Yayasan Kamandaka dan unsur lainnya. Yayasan Kamandaka adalah Yayasan Budaya yang ada di wilayah Desa Gudangkahuripan. Prosesi ruwatan lembur tersebut melibatkan seluruh unsur Masyarakat. Mulai dari tokoh agama, budayawan, lingkungan Pendidikan, dan seluruh lapisan Masyarakat lainnya.

Ruwatan lembur merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan YME atas berkat dan Rahmat yang telah diberikan. Dengan adanya ruwatan tersebut, Masyarakat desa Gudangkahuripan dapat bersilaturahmi tanpa melihat status sosial, agama, dan lainnya. Semua berbaur menjadi satu yang mencerminkan Bhineka Tunggal Ika.

Ruwatan lembur ini berlangsung selama 2-3 hari setiap bulan Februari. Dimana hari pertama menyuguhkan kegiatan Tabligh Akbar dimana dalam pelaksanaannya Pemerintah Desa Gudangkahuripan bekerjasama dengan MUI Desa Gudangkahuripan mendatangkan Da’i untuk memberikan tausyah setelah do’a Bersama yang dilakukan para tokoh Agama yang hadir.

Di hari terakhir, diadakan Kirab Budaya (karnaval Budaya) yang di ikuti oleh 15 RW yang ada di desa Gudangkahuripan dimulai dari kantor desa Gudangkahuripan dan berkahir di Lapang Sepakbola Sinapeul yang menjadi pusat kegiatan. Dan sebagai penutupan acara Masyarakat yang hadir disuguhkan dengan pagelaran wayang golek semalam sun tuk.

Menurut pengamatan, Ruwatan lembur ini berpotensi menjadi salah satu sektor pariwisata tahunan yang ada di desa Gudangkahuripan. Karena selain Masyarakat desa Gudangkahuripan acara yang tersebut dihadiri juga oleh tokoh- tokoh penting dan wisatawan. Baik wisatawan lokal maupun dari mancanegara.

Selain itu, di website resmi desa Gudangkahuripan disediakan artikel khusus mengenai kasundaan ( https://desa.gudangkahuripan.id/index.php/artikel/kategori/carpon-sunda ) sebagai salahsatu bukti bahwa Pemerintah Desa Gudangkahuripan dibawah pimpinan Agus Karyana, ST bersungguh-sungguh dalam menjaga budaya.